Bagaimana Teknologi Baterai Garam Akan Mengubah Mobil Listrik di Indonesia?

Bagaimana Teknologi Baterai Garam Akan Mengubah Mobil Listrik di Indonesia? | EVCar.id

Bagaimana Teknologi Baterai Garam Akan Mengubah Mobil Listrik di Indonesia?

Ditulis oleh EVCar.id — Diperbarui: 2 November 2025

Teknologi mobil listrik terus berkembang pesat, dan salah satu inovasi terbaru yang menarik perhatian adalah baterai garam atau sodium-ion battery. Setelah sekian lama bergantung pada baterai lithium-ion, industri kini mulai melirik solusi yang lebih murah, aman, dan ramah lingkungan. Di Indonesia, yang memiliki potensi besar untuk pengembangan kendaraan listrik, baterai garam bisa menjadi game-changer yang mempercepat adopsi EV secara masif.

Apa Itu Baterai Garam?

Baterai garam menggunakan sodium (Na) sebagai bahan utama pengganti lithium (Li). Sodium merupakan unsur yang jauh lebih melimpah di alam, terutama dari garam laut, sehingga biaya produksinya dapat ditekan secara signifikan. Prinsip kerjanya mirip dengan baterai lithium-ion, namun bahan elektrolit dan katodanya disesuaikan agar mampu mengalirkan ion sodium secara efisien.

Keunggulan Utama Baterai Garam

  • Harga lebih murah: sodium jauh lebih melimpah dan tidak memerlukan penambangan logam langka seperti lithium atau kobalt.
  • Lebih aman: baterai ini memiliki risiko kebakaran yang lebih rendah karena kestabilan kimia sodium lebih baik pada suhu tinggi.
  • Ramah lingkungan: produksi baterai garam menghasilkan emisi karbon lebih rendah dan limbah berbahaya lebih sedikit.
  • Kinerja stabil pada suhu ekstrem: cocok untuk iklim tropis seperti Indonesia yang panas dan lembap.

Tantangan yang Masih Dihadapi

Meskipun menjanjikan, baterai garam masih memiliki keterbatasan. Densitas energi (jumlah energi yang bisa disimpan per kilogram) masih lebih rendah dibanding lithium-ion, sehingga jarak tempuh mobil listrik bisa sedikit berkurang. Selain itu, teknologi ini masih dalam tahap komersialisasi awal, sehingga infrastruktur produksinya belum seluas baterai konvensional.

Perkembangan Global: JAC Yiwei EV dan Tren Industri

Pabrikan asal Tiongkok, JAC Motors, melalui lini Yiwei EV, menjadi salah satu pelopor dalam mengadopsi baterai garam untuk kendaraan listrik massal. Dengan dukungan CATL dan berbagai riset lanjutan, baterai sodium-ion telah terbukti dapat diintegrasikan dengan sistem manajemen energi kendaraan modern. Keberhasilan ini membuka jalan bagi negara lain, termasuk Indonesia, untuk mengeksplorasi peluang serupa.

Peluang di Indonesia

Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pemain penting dalam teknologi baterai garam karena dua alasan utama: sumber daya alam melimpah dan meningkatnya kebutuhan kendaraan listrik terjangkau. Dengan dukungan kebijakan pemerintah, riset lokal, serta investasi di sektor baterai, penerapan baterai sodium-ion bisa mempercepat transisi menuju mobilitas listrik yang inklusif.

Dampak Ekonomi dan Lingkungan

  • Biaya produksi EV menurun, membuat mobil listrik lebih terjangkau bagi masyarakat luas.
  • Kemandirian energi meningkat, karena bahan baku sodium dapat diperoleh dari dalam negeri.
  • Penurunan dampak lingkungan, karena proses ekstraksi lithium dan kobalt dapat dikurangi.

Kesimpulan

Baterai garam menawarkan potensi revolusioner bagi masa depan mobil listrik di Indonesia. Dengan biaya lebih rendah, keamanan tinggi, dan dampak lingkungan yang lebih kecil, teknologi ini bisa menjadi pendorong utama dalam memperluas adopsi kendaraan listrik nasional. Meski masih dalam tahap awal, kerja sama antara pemerintah, universitas, dan industri dapat mempercepat realisasi baterai garam buatan lokal di masa depan.

Penulis: EVCar.id — Sumber informasi dan panduan terkini seputar kendaraan listrik dan teknologi baterai masa depan.